Breaking News

Spirit Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Menempatkan Guru Sering Terzolimi Dalam Pendapatan

 


 


Oleh : M Rasyid*

Seorang guru, oleh para pakar atau ahli, mendefenisikannya sebagai suatu profesi pendidik, yang memiliki tanggungjawab melaksanakan pengajaran, membimbing, mengarahkan, dan menilai atau evaluasi.

Guru merupakan agen perubaha dan peradaban. Disamping itu juga sebagai fasilitator yang akan membantu peserta didiknya mengembangkan potensi diri.  Guru juga bertugas memberikan tauladan.

Keprofesionalan seorang guru memberikan profile, bahwa seorang guru itu memiliki kemampuan khusus bidang mendidik, mengajar, dan membimbing serta menilai atau evaluasi. Karena itu harus mampu memberikan ketauladanan kepada peserta didiknya, baik bentuk bertindak, bersikap, memberikan contoh moral dan adab dalam perilaku.

Khusus bidang adab tentu secara latarbelakang budaya akan berbeda-beda di masing-masing daerah. Secara nasional atau umum di Indonesia disebut adat ketimuran. Guru diharapkan menjadi sumber perubahan dan peradaban dalam membangun karakter peserta didik yang hidup dalam keberagaman. Tujuannya jelas membentuk generasi bangsa sebagai penerus menjadi manusia yang hidup bermasyarakat yang harmonis.

Profesi guru sebagai fasilitator tugasnya membimbing peserta didik dalam membangun ilmu dan pengetahuan dengan cara kreatif serta menyenangkan. Guru bukan sekedar transfer knowledge tapi lebih penting sebagai fasilitas bagi peserta didik untuk mendapatkan pengembangan diri.

Berangkat dari definisi dan pengertian guru dimaksud. Kita patut bertanya. Apakah sudah guru-guru kita menjalani profesi tersebut? Melihat dari kondisi sekarang, belum sepenuhnya profesi guru tersebut dijalankan. Sebagai fakta yang kita baca dari berita-berita media bahwa masih banyak guru melakukan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Bahkan di pesantren masih terjadi perbuatan pencabulan.

Pada sekolah umum tidak terhitung peristiwa-peristiwa yang tidak seharusnya dilakukan terjadi. Apa yang salah terhadap pendidikan negeri ini? Perlu para ahli dan pakar memikirkannya.

Melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam bidang pendidikan antara guru-peserta didik, dan sekolah memerlukan suatu kajian khusus, suatu metode dan sistem di sekolah. Berdasarkan istilah misalnya penyebut terhadap peserta didik Murid itu untuk peserta didik yang belajar pada mursyid, mahasiswa untuk peserta didik yang belajar pada mahaguru, dan siswa untuk peserta didik yang belajar pada guru.

Tetapi dalam kenyataannya kata siswa untuk peserta didik di sekolah, sedang orang tuanya disebut wali murid. Mungkin kita perlu merpikir secara sunah Nabi Muhammad SAW, para muridnya disebut sahabat. Mudah-mudahan ini menjadi pertimbangan para pihak pemangku kepentingan.Belajar dari syariat dan mencontoh dari sunah Nabi Muhammad SAW.

Seorang guru untuk mengajarkan sesuatu pengetahuan harus telah mengalami terlebih dahulu sebelum diajarkan. Bahkan guru harus memberikan contoh dalam perilaku dan sikap. Kebanyakan guru-guru sekarang mengajarkan sesuatu pengetahuan diperoleh dari membaca literasi dan tidak pernah menerapkan. Seharusnya perlu mengalami terlebih dahulu proses baru mengajarkannya.

Bahkan banyak kita dapati guru yang mengajarkan pengetahuan tertentu tetapi pengetahuan yang guru kuasai tidak mampu membantu hidupnya. Contoh guru fisika yang mengajarkan akan arus panas. Ketika menyetrika pakaian dan setrikanya tidak panas-panas. Dibungkus dan pergi ke toko untuk disservice atau beli baru. Padahal meemiliki pengetahuan tentang arus panastersebut, kenapa tidak perbaiki sendiri sesuai dengan pengeahuan yang dimilikinya.

Kejadian sebagai contoh itu banyak kita saksikan. Kejadian itu sebagai contoh bahwa guru sebagai profesi hanya transper pengetahuan yang diperoleh dari literasi dan mengajarkannya, belum mengalami sebagaimana Al Quran dan Sunah mengajarkan. Contoh ini diharapkan para pemangku kepentingan dapat mengambil kebijakan.

Profesi guru sebagai Pahlawan tanpa tanda jasa, masih tepatkah istilah itu disematkan? Jargon guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ibarat sebagai sugesti atau lebih pada mantra. Sehingga banyak guru kita dengan penghasilan lebih dari cukup tetap menjalankan kewajiban memberikan profesi terbaiknya untuk peserta didik.

Jargon Guru PahlawanTanpa Tanda Jasa tertanam di dada profesi guru, sebagai semangat dan kekuatan untuk terus mengabdi. Adakah kita berpikir yang anak-anak kita titipkan pada guru. Masihkah orang tua mau menuntut guru atas sedikit kelalaian dalam mendidik anak kita? Mari  kita renungkan.

Guru itu juga manusia yang memiliki keterbatasan dan kekurangan. Selamat hari guru, teruslah berjuang menyenagkan orang walau diri disakiti. Yakinlah profesimu disaksikan Allah yang akan melindungimu. Namamu tetap terukir dihati peserta didik walau sekecilapapun yang engkau ajarkan kepada mereka.-

Penulis : * Guru Tinggal di Muara Bulian

0 Komentar

IKLAN

Type and hit Enter to search

Close