MediAmpera.COM - Gerhana
adalah sebuah peristiwa alam yang terjadi ketika bulan, matahari, dan bumi
berada dalam kondisi satu garis lurus.
Peristiwa gerhana bulan maupun matahari, bukan sekadar fenomena
alam biasa. Di balik gejala alam ini tersimpan hikmah mendalam dan aneka
pelajaran berharga yang bisa dipetik bagi umat manusia.
Ada sejumlah hikmah yang bisa
direnungkan atas peristiwa gerhana, di antaranya sebagaimana diungkap oleh Imam
Ibnul Mulaqqin dalam kitab At-Taudhih li
Syarhil Jami`is Shahih, (Qatar: Wizaratul-Auqaf was Syu'unil
Islamiyah: 2008), juz VIII, halaman 302, sebagaimana berikut:
1.
Bukti Kekuasaan Allah
Peristiwa gerhana menunjukkan bukti kekuasaan Allah atas seluruh alam semesta.
Bulan dan matahari yang mempunyai daya dan energi luar biasa itu tunduk
sepenuhnya di bawah kendali Allah. Atas kuasa-Nya, kedua benda raksasa itu
tetap berada di dalam orbit yang telah ditetapkan namun tidak saling
bertabrakan.
2.
Bulan dan Matahari Tidak Layak Disembah
Gerhana seolah menunjukkan bahwa bulan maupun matahari tidak layak untuk
disembah. Alasannya karena kedua benda langit ini memiliki kelemahan dengan
hilangnya cahaya dan fungsinya, lalu atas kehendak Allah semuanya dipulihkan
kembali. Peristiwa ini membuktikan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Sempurna
dan wajib untuk disembah.
3.
Menyadari Kehadiran Bulan dan Matahari
Ketika pergerakan alam semesta berjalan dengan normal, terkadang manusia lupa
akan kehadiran bulan dan matahari yang telah memberi manfaat besar untuk
kehidupan sehingga lupa untuk bersyukur. Padahal, keduanya merupakan bagian
dari nikmat Allah. Dengan adanya gerhana seolah menyadarkan kembali akan
kehadiran nikmat Allah karena biasanya manusia baru menyadari betapa
berharganya sesuatu ketika sesuatu itu hilang atau berubah.
4.
Pengingat Hari Kiamat
Fenomena gerhana bisa menjadi pengingat akan datangnya peristiwa dahsyat yang
terjadi pada hari kiamat. Gambaran tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an
surat Al-Qiyamah ayat 8-9, sebagaimana berikut:
Artinya:
“Dan bulan pun telah hilang cahayanya(8), serta
matahari dan bulan dikumpulkan(9),”
Ayat tersebut menyiratkan
bagaimana peristiwa kiamat itu terjadi sehingga melalui gerhana, umat manusia
bisa ingat dan sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Dengan
begitu bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta istiqamah dalam ibadah
sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya.
5.
Gambaran Kasih Sayang Allah
Gerhana bisa dipandang sebagai
gambaran kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Sebelumnya, matahari dan bulan
berjalan normal dalam garis edar, lalu terjadi perubahan dalam peredarannya,
kemudian Allah mengembalikan lagi sebagaimana semula.
Begitu pun dalam kehidupan manusia, tidak semuanya berjalan
dengan ‘terang’ dan mulus karena ada fase ‘gelap’ yang menjadi dinamika
kehidupan. Ketika kesulitan dilalui dan dinikmati dengan penuh kesabaran,
tawakal, dan ikhtiar maksimal, pada akhirnya Allah akan memberikan berbagai
kemudahan. Allah berfirman dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6:
Artinya:
“Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”
6.
Mengingatkan pada Ujian Hidup
Gerhana menggambarkan seakan-akan Allah sedang memberikan ‘musibah’ kepada
bulan dan matahari yang tidak memiliki dosa. Hal ini memberikan pelajaran bahwa
terkadang Allah memberikan musibah atau ujian kepada orang saleh agar bisa naik
derajat. Tidak sedikit dari para nabi, wali, dan orang-orang saleh diuji dengan
berbagai hal yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada derajat spiritual yang
tinggi.
7.
Merenungi Makna Ibadah
Sebagian umat Islam ada yang menjalankan shalat wajib hanya sebagai rutinitas
harian tanpa disertai rasa takut dan penghayatan terhadap kebesaran Allah.
Dengan adanya gerhana, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah
gerhana yang di dalamnya bisa menumbuhkan ketakutan kepada Allah dan merasakan
keagungan-Nya.
Dengan demikian, gerhana bukan
sekadar fenomena astronomi biasa yang menakjubkan, melainkan juga sebuah
momentum spiritual yang sarat makna. Di dalamnya terdapat hikmah yang bisa
dijadikan sebagai sarana merenungi, bersyukur, dan memperkuat hubungan dengan
Allah (hablum minallah). Wallahu A’lam.
Sumber : website resmi Kementerian Agama
Republik Indonesia.
0 Komentar