Breaking News

Pengamat Ekonomi “Warning” Optimalisasi APBD, Penduduk Miskin Jambi Capai 270,94 Ribu Orang

 

Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi.| foto: Ist

MediAmpera.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi, per Maret 2025 mencapai 270,94 ribu orang.

Angka ini menunjukkan peningkatan 5,5 ribu orang dibandingkan Maret 2024, namun mengalami penurunan 1,8 ribu orang jika dibandingkan September 2024.

“Jika dibandingkan dengan Maret tahun lalu, memang ada peningkatan jumlah penduduk miskin. Namun kita patut catat bahwa tren dari September 2024 ke Maret 2025 mengalami penurunan,” ungkap Kepala BPS Provinsi Jambi, Agus Sudibyo, dalam wawancara, dilansir dari media partner jambidaily.com, Jumat 25 Juli 2025.

Secara persentase, angka kemiskinan Jambi pada Maret 2025 berada di 7,19 persen. Angka ini turun 0,07 persen poin dibanding September 2024, namun naik 0,09 persen poin dari Maret 2024.

Agus menjelaskan, penurunan jumlah penduduk miskin dalam enam bulan terakhir menunjukkan adanya perbaikan, meski belum cukup kuat untuk menutupi kenaikan yang terjadi secara tahunan.

Dari sisi wilayah, baik perkotaan maupun perdesaan mencatat penurunan jumlah penduduk miskin antara September 2024 dan Maret 2025.

“Jumlah penduduk miskin di perkotaan turun sekitar 300 orang, sedangkan di perdesaan turun lebih besar, sekitar 1.400 orang,” jelasnya.

Secara persentase, angka kemiskinan di perkotaan menurun dari 9,60 persen menjadi 9,52 persen, sementara di perdesaan turun dari 6,08 persen menjadi 6,01 persen.

Menanggapi itu, Pengamat Ekonomi Jambi, Dr Noviardi Ferzi menyampaikan, mengacu data dari BPS Provinsi Jambi tersebut menunjukkan bahwa meski ada sedikit penurunan jumlah penduduk miskin antara September 2024 dan Maret 2025, angka kemiskinan secara keseluruhan, baik jumlah maupun persentasenya, masih lebih tinggi dibandingkan Maret 2024.

“Ini mengindikasikan bahwa peran APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dalam menekan angka kemiskinan di Provinsi Jambi belum optimal,”ingat Noviardi, kepada jambidaily.com, Sabtu 26 Juli 2025.

Disebutkannya, dari sudut pandang ilmu ekonomi, beberapa hal dapat dianalisis terkait belum optimalnya peran APBD ini, serta langkah-langkah yang perlu diambil:

  1. Fokus Belanja yang Kurang Tepat Sasaran
    Jika APBD belum mampu menekan kemiskinan secara signifikan, kemungkinan besar alokasi belanjanya belum sepenuhnya menyasar akar permasalahan kemiskinan di Jambi. Angka kemiskinan di perdesaan yang turun lebih besar (1.400 orang) dibandingkan perkotaan (300 orang) bisa jadi mengindikasikan bahwa mungkin ada program di perdesaan yang lebih efektif, atau justru kebutuhan di perkotaan yang belum terjamah sepenuhnya.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jambi perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap efektivitas program-program pengentasan kemiskinan yang didanai APBD. Identifikasi program yang tidak memberikan dampak signifikan dan alihkan dananya ke program yang terbukti lebih efektif.

Prioritaskan investasi pada sektor-sektor produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja, seperti pertanian—mengingat penurunan lebih besar di perdesaan—UMKM, atau sektor manufaktur lokal. Selain itu, perluasan akses pendidikan dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja lokal juga sangat krusial untuk meningkatkan daya saing angkatan kerja.

  1. Kurangnya Sinergi dan Koordinasi Antar Stakeholder
    Penurunan yang lambat menunjukkan bahwa mungkin ada fragmentasi dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Berbagai dinas atau lembaga bisa jadi berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang kuat.

Penting untuk meningkatkan sinergi dan koordinasi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, swasta, dan masyarakat sipil. Bentuk tim kerja lintas sektor yang terpadu untuk merumuskan strategi dan mengimplementasikan program pengentasan kemiskinan secara holistik. Data kemiskinan perlu diakses dan digunakan bersama untuk menghindari duplikasi program dan memastikan bantuan tepat sasaran.

  1. Belum Optimalnya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin
    Kenaikan jumlah penduduk miskin secara tahunan menunjukkan bahwa program yang ada mungkin lebih berfokus pada bantuan konsumtif daripada pemberdayaan jangka panjang.

APBD harus lebih banyak dialokasikan untuk program-program yang meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat miskin. Ini bisa berupa pemberian modal usaha bergulir dengan pendampingan, pelatihan kewirausahaan, fasilitasi akses ke pasar, atau pengembangan potensi ekonomi lokal yang berkelanjutan. Fokus pada penciptaan kemandirian ekonomi alih-alih ketergantungan pada bantuan sosial semata.

  1. Perlunya Data Kemiskinan yang Lebih Mikro dan Real-time
    Data yang dirilis BPS adalah agregat. Untuk intervensi yang lebih efektif, diperlukan data yang lebih spesifik.

Stakeholder di Provinsi Jambi perlu berinvestasi pada sistem data kemiskinan yang lebih detail, mikro, dan real-time. Ini akan memungkinkan identifikasi rumah tangga dan individu miskin secara presisi, sehingga program-program APBD dapat ditargetkan dengan lebih akurat.

Membangun basis data terpadu yang dapat diakses oleh semua pihak terkait akan sangat membantu dalam merancang intervensi yang relevan dan mengukur dampaknya secara berkala.

“Dengan fokus pada alokasi APBD yang lebih strategis, peningkatan koordinasi, pemberdayaan ekonomi, dan pemanfaatan data yang lebih baik, Provinsi Jambi dapat menekan angka kemiskinan secara lebih efektif dan berkelanjutan,”pungkasnya.

Editor : M Asrori

0 Komentar

IKLAN

Type and hit Enter to search

Close